Mojokerto, blok-a.com – Dalam upaya mencetak lulusan berkualitas dan berkompeten, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah melakukan peluncuran awal (soft launching) SMK Asy-Syarif Mitra Industri Mojokerto, Sabtu (22/6/2024).
Acara ini juga menjadi ajang sosialisasi pemagangan luar negeri, khususnya ke Jepang, sebagai solusi mengatasi pengangguran dan meningkatkan kompetensi lulusan.
Acara launching SMK Asy-Syarif Mitra Industri Mojokerto dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk para pakar di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan.
Salah satu isu utama yang diangkat adalah ketidakcocokan antara kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, yang berkontribusi pada tingginya angka pengangguran.
“Saat ini kita berada pada titik terendah angka pengangguran dalam sejarah, yaitu 4,82%. Namun, masih ada sekitar 7,2 juta orang yang menganggur, termasuk banyak lulusan SMK,” ujar moderator Musfir.
“Program pemagangan luar negeri bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kompetensi dan sebagai jembatan transisi menuju pekerjaan,” tambahnya.
Mr. Yoshikobi Usman menjelaskan bahwa Jepang mengalami kekurangan tenaga kerja yang signifikan dan membutuhkan pekerja dari luar negeri, termasuk Indonesia.
Program pemagangan di Jepang, yang sudah berlangsung selama 31 tahun, memberikan peserta kesempatan belajar sambil mendapatkan uang saku sekitar 12 hingga 16 juta rupiah per bulan.
“Jumat lalu, pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang baru yang memungkinkan peserta pemagangan untuk melanjutkan bekerja di Jepang setelah menyelesaikan program magang,” jelas Mr. Kobi yang juga ketua yayasan SMK Mitra Industri Bekasi.
“Ini memberi kesempatan bagi peserta untuk memperpanjang masa tinggal mereka hingga lima tahun lagi,” lanjutnya.
Program pemagangan juga mendapatkan dukungan dari Bank BTN yang bekerja sama dengan Bank Post di Jepang. Sehingga biaya pemberangkatan dapat ditanggung melalui bantuan atau talangan dari bank tersebut. Peserta dapat mencicil pembayaran selama menjalani pemagangan di Jepang.
Selain itu, Kemendikbud melalui Direktorat Jenderal Vokasi memberikan bantuan persiapan magang ke Jepang senilai 15 juta rupiah per siswa.
Tahun ini, SMK Mitra Industri mendapatkan program ini untuk 150 siswa dan diharapkan dapat meningkatkan jumlah tersebut di tahun-tahun berikutnya.
“Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kita perlu menyiapkan SDM yang kompeten melalui pendidikan vokasi,” kata perwakilan yayasan.
“Pendidikan vokasi di tingkat menengah, politeknik, dan perguruan tinggi harus kita gerakkan bersama-sama untuk menyediakan angkatan kerja yang dibutuhkan oleh industri,” lanjutnya.
Kolaborasi dengan Pendidikan Vokasi
Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengungkapkan, Pendidikan vokasi seharusnya mempersiapkan lulusannya untuk langsung masuk ke dunia kerja. Namun, kenyataannya, banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang justru menyumbang angka pengangguran.
Ini terjadi karena belum terjalinnya link and match antara pendidikan vokasi dan dunia industri. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong agar pendidikan vokasi dapat berkolaborasi dengan dunia industri di Indonesia.
“Presiden mengeluarkan Perpres Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi. Perpres ini menginstruksikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dunia usaha, dan dunia industri untuk berkolaborasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan lulusan yang kompeten dan siap kerja, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Menaker.
Menurut Menaker, saat ini, banyak negara, baik di Asia maupun Timur Tengah, membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia.
Oleh karena itu, pendidikan vokasi di Indonesia harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing di pasar kerja internasional.
Dalam upaya revitalisasi ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab atas pendidikan vokasi. Sementara Kementerian Tenaga Kerja bertanggung jawab atas pelatihan vokasi.
“Keduanya harus bersinergi dengan dunia usaha dan industri untuk memastikan bahwa output dari pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,” imbuhnya.
Sistem pendidikan vokasi kini diorkestrasi oleh pemerintah agar lulusannya siap kerja. Pemerintah juga membuka kesempatan melalui sistem yang terintegrasi untuk memastikan kelulusan yang berkompeten dapat terserap oleh pasar kerja, baik dalam negeri maupun luar negeri.
“Melalui kolaborasi yang diatur dalam Perpres ini, diharapkan pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia dapat menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja global,” tutupnya.
Dalam kesempatan itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Ludfi Ariyono mengatakan, Lembaga pendidikan yang berkolaborasi langsung dengan industri dapat memberikan solusi atas kesenjangan antara keterampilan lulusan SMK dan kebutuhan industri.
Model ini, yang melibatkan perpaduan antara SMK dan industri, memungkinkan kurikulum dan pembelajaran yang lebih relevan dan sesuai dengan dunia kerja saat ini.
Beberapa poin penting mengenai model SMK yang terintegrasi dengan industri adalah sebagai berikut:
Pemetaan Kebutuhan Industri: SMK perlu melakukan pemetaan yang mendetail tentang kebutuhan industri sehingga program keahlian yang dibuka sesuai dengan permintaan pasar kerja. Contoh program keahlian yang relevan seperti ototronik dan mekatronik, yang mungkin belum banyak tersedia di SMK lain, dapat menjadi contoh bagaimana SMK ini mengantisipasi kebutuhan masa depan.
Pengembangan Kurikulum: SMK yang berkolaborasi dengan industri biasanya akan mengembangkan kurikulum yang lebih dinamis dan adaptif terhadap perubahan industri. Saat ini, kurikulum merdeka dan kurikulum 2013 adalah dua kurikulum yang digunakan di SMK. Kurikulum merdeka, yang sudah menjadi kurikulum nasional, menawarkan fleksibilitas lebih besar dalam pembelajaran.
Kompetensi Keahlian Baru: Menambahkan program keahlian baru yang belum ada di SMK lain, seperti ototronik dan mekatronik, dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi lulusan. Kompetensi ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan teknologi yang berkembang pesat di industri.
Kolaborasi dan Pengembangan Kewirausahaan: Penting bagi SMK untuk mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam kurikulum mereka. Hal ini dapat membantu siswa untuk tidak hanya siap bekerja di industri, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Roll Model dan Penyebaran Praktik Baik: SMK yang sukses dalam mengimplementasikan model ini dapat menjadi roll model bagi SMK lainnya. Dengan berbagi praktik terbaik dan pengalaman, SMK ini dapat membantu mengangkat kualitas pendidikan vokasi secara keseluruhan.
Untuk daerah seperti Kabupaten Mojokerto, model SMK ini sangat cocok dan diharapkan dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah serta sektor industri setempat untuk memaksimalkan manfaatnya.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan lulusan SMK akan lebih siap dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri, sehingga masalah ketidaksesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja dapat teratasi.
Acara ini diakhiri dengan harapan bahwa kerjasama ini dapat membantu mengatasi masalah pengangguran di Indonesia dengan meningkatkan kompetensi lulusan SMK dan membuka peluang kerja di luar negeri. Sehingga Indonesia dapat mencapai visi Indonesia Emas pada tahun 2045.(sya/lio)
Media Sosial